Pagi ini saat sedang memeriksa performa blog, aku jadi scrolling dan baca-baca lagi postinganku yang lama.
Dan salah satunya adalah tulisanku yang ini : 16 Januari
My oh my... Aku tersenyum sambil menahan airmata membacanya.
Jangan ditanya kenapa aku hampir menangis, cukup tanyakan saja kenapa aku tersenyum.
Dan salah satunya adalah tulisanku yang ini : 16 Januari
My oh my... Aku tersenyum sambil menahan airmata membacanya.
Jangan ditanya kenapa aku hampir menangis, cukup tanyakan saja kenapa aku tersenyum.
Aku tersenyum saat membacanya karena... kasihan. Iya, kasihan pada diriku sendiri.
Ah betapa polosnya aku saat menulis itu.
9 tahun pernikahan dan merasa sudah on the right track.
Tahun ini, 12 tahun 5 bulan menjalani pernikahan, aku justru merasa... apa ya.
Sulit dijelaskan.
Bukan tidak bahagia, bukan.
Sungguh, aku bahagia hidup berdua dengan suamiku. Walaupun kondisi long distance dan hanya bisa bertemu saat weekend, kami sangat bahagia dan bersyukur.
Aku hanya merasa.... bingung.
Andai bisa kuceritakan kenapa aku bingung.
Tapi aku ngga bisa dan ngga mau cerita disini.
Aku hanya bisa menulis bahwa pernikahan itu sungguh ibadah yang paling WAW.
Sebuah pembelajaran terus menerus.
Sebuah proses untuk saling mengenal dan saling kompromi.
Sebuah drama yang tamatnya ditentukan oleh hanya 2 kemungkinan : Maut atau Cerai.
Waiitttt
Don't worry. Ngga ada masalah dengan pernikahanku disini.
Justruuuu aku tuh beberapa bulan belakangan mendapat curhatan dari beberapa teman dekat (dan 1 teman yang tidak terlalu dekat tapi entah kenapa kok dia tiba-tiba nyaman curhat soal rumah tangganya).
Dan curhatan mereka tuh bikin aku terpana.
That's why aku ngga bisa menceritakan kenapa aku bingung, karena cerita ini milik mereka, bukan milikku. Aku udah berjanji untuk menjaganya dalam hatiku saja.
Anyway,
Kisah mereka membuatku sadar.
Bahwa selama dan sepanjang apapun perjalanan pernikahan kita, bisa jadi kita sebenarnya tidak sepenuhnya mengenal pasangan kita.
Everyone has their own baggage. They share some and they keep some to themself.
Bahwa selancar apapun pencapaian dalam rumah tangga kita, belum tentu membawa ketenangan.
Bahwa cinta saja bisa jadi cukup untuk kebahagiaan sepasang suami istri, tapi belum tentu cukup untuk pasangan lainnya.
Bahwa pernikahan yang bahagia belum tentu suci tak bernoda, dan pernikahan yang banyak batu sandungan belum tentu tak bahagia.
Bahwa kekuatan iman sangatlah menentukan arah pernikahan kita.
Lalu, kenapa aku jadi bingung ya?
Entahlah... sepertinya aku sedang overwhelmed.
Hidupku tenang-tenang saja sampai mereka satu-persatu mulai curhat karena sudah tidak tertahankan.
Sebagai teman tentu aku hanya bisa menawarkan telinga untuk mendengar.
Karena belum pernah mengalami apa yang mereka alami, ya aku hanya bisa menawarkan telingaku dan diamku. Hanya bisa memberikan pelukan dan elusan di punggung.
Tapi sejak itu,
Mental aku jadi agak sedikit goyah.
Jadi banyak terpikirkan ini itu dan muncul pertanyaan-pertanyaan.
Kalo kata gen-Z mah : overthinking.
heheheh
Oke segitu aja dulu. Aku hanya lagi butuh menulis aja, ngga tahu juga ini tujuannya apa.
Hanya butuh menyalurkan yang ada di kepala.